Teks ulasan film Indonesia "GIE"
GIE
Durasi film : 2 jam 20 menit 57
detik
Sutradara : Riri Riza
Produser : Mira Lesmana
Penulis : Riri Riza
Pemeran : Nicholas Saputra sebagai Soe Hok Gie dewasa
Jonathan Mulia sebagai Soe Hok Gie remaja
Thomas Nawalis sebagai Tan Tjin Han dewasa
Christian Audy sebagai Tan Tjin Han remaja
Wulan Guritno sebagai Sinta
Sita Nursanti sebagai Ira
Distributor : Sinemart Pictures
Anggaran : Rp. 7-10 miliar
Penghargaan : Piala Citra Festifal Film Indonesia 2005 kategori “Pemeran pria
terbaik” dan“Tata sinematografi terbaik"
Sutradara : Riri Riza
Produser : Mira Lesmana
Penulis : Riri Riza
Pemeran : Nicholas Saputra sebagai Soe Hok Gie dewasa
Jonathan Mulia sebagai Soe Hok Gie remaja
Thomas Nawalis sebagai Tan Tjin Han dewasa
Christian Audy sebagai Tan Tjin Han remaja
Wulan Guritno sebagai Sinta
Sita Nursanti sebagai Ira
Distributor : Sinemart Pictures
Anggaran : Rp. 7-10 miliar
Penghargaan : Piala Citra Festifal Film Indonesia 2005 kategori “Pemeran pria
terbaik” dan“Tata sinematografi terbaik"
Sinopsis Film “GIE”
GIE
(2005) mengisahkan seorang tokoh bernama Soe Hok Gie, mahasiswa Universitas
Indonesia yang lebih dikenal sebagai seorang demonstran dan pecinta alam.
Diangkat dari buku catatan Soe Hok Gie yang dibukukan pada tahun 1983 dengan
judul Catatan Seorang Demonstran
namun dalam film ini ditambah sedikit tokoh fiktif agar cerita lebih dramatis.
Film tersebut berlatar tahun 1965-1969. Pada
masa ini terdapat konflik antara militer dengan PKI. Soe Hok Gie dan
teman-temannya tidak memihak siapa pun. Meskipun Soe Hok Gie menghormati
Soekarno sebagai Founding Father negara
Indonesia, Hok Gie begitu membenci pemerintahan Soekarno yang diktator dan
menyebabkan hak rakyat yang miskin terinjak-injak. Hok Gie bersama
mahasiswa-mahasiswa Universitas Indonesia melakukan demo mahasiswa untuk
menurunkan pemerintahan Soekarno, selain melalui demo mahasiswa, Hok Gie juga
menulis kritikan-kritikan tajam pada pemerintahan Soekarno di media. Sementara
itu Tan Tjin Han sahabat kecil Hok Gie yang pindah rumah saat ia masih remaja
telah terlibat dengan PKI saat kembali ke Jakarta. Hok Gie meminta Tan Tjin Han
untuk meninggalkan PKI Tetapi Han menolak dan akhirnya ditangkap dan dihukum
mati. Sementara Hok Gie dan mahasiswa lain masih berjuang untuk menggulingkan
rezim Soekarno. Soe Hok Gie berjuang untuk menegakkan keadilan di negeri ini di
antara konflik antar militer dengan PKI, rezim Soekarno yang semakin tak
terkendali dan kemelut cintanya pada Ira atau Sinta dengan akhir yang tak
terduga.
Teks Ulasan Film “GIE”
Film “Gie” diangkat dari buku berjudul Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie. Film ini dibuat pada
tahun 2005 dan disutradarai oleh Riri Riza. Film yang mengambil latar tahun
1965-1969 ini menceritakan tentang sosok Soe Hok Gie, seorang pemuda keturunan
Cina yang berusaha untuk menggulingkan rezim Presiden Soekarno. Sejak kecil Gie
sangat menyenangi sastra sehingga saat dewasa ia sering menuliskan
ketidakpuasannya terhadap pemerintah. Ia juga merupakan orang yang selalu
berpikir kritis dan mendukung rakyat-rakyat yang tertindas karena kebijakan
pemerintah.
Film
“Gie” sendiri sekilas memiliki cerita yang hampir sama dengan film “Dibalik98”
karena sama-sama menceritakan demo mahasiswa untuk menjatuhkan pemerintah,
perbedaannya adalah dalam film “Gie” lebih menceritakan tentang seorang
individu dan berada dalam periode pemerintahan Soekarno, sedangkan film
“Dibalik98” lebih menceritakan satu kejadian dan terjadi dalam periode
Soeharto.
Ide
penambahan tokoh dalam film “Gie” ini sangat brilian. Selain untuk menambah
cerita yang ada dalam buku Catatan
Seorang Demonstran, penambahan tokoh ini juga menambah ketertarikan
penonton. Seperti penambahan tokoh Tan Tjin Han yang menjadi sahabat sejak
kecil Soe Hok Gie, dengan kehadiran Tan Tjin Han kita dapat melihat rasa
kesetiakawanan dalam diri Soe Hok Gie. Begitu pula dengan penambahan tokoh
Denny yang diperankan oleh Indra Birowo, sahabat Hok Gie sewaktu kuliah. Denny
yang memiliki watak lucu dan suka bercanda dapat membuat suasana cair dalam
film yang cukup serius ini, membuat kita bisa tertawa dan terhibur
ditengah-tengah cerita “berat” yang diangkat film “Gie”. Lalu penambahan tokoh
Jaka yang diperankan oleh Donny Alamsyah, ketua senat dan anggota organisasi
katolik di Universitas Indonesia. Jaka berwatak keras semakin menambah konflik
dalam film dan membuat film ini semakin menarik dengan aktingnya yang dapat
membawa perasaan penonton.
Akting
Nicholas Saputra sebagai Soe Hok Gie dalam film ini juga sangat baik sampai ia
dianugerahi Piala Citra sebagai pemeran pria terbaik. Bukan hanya karena
wajahnya yang dapat menarik perhatian penonton, tetapi penghayatan tokoh yang
ia dalami sangat terlihat. Seperti ia benar-benar mengalami kejadian yang Soe
Hok Gie alami dan merasakan apa yang Soe Hok Gie rasakan saat itu. Selain
akting para pemain yang bagus, film ini diperkaya oleh latar dan properti yang
sangat mendukung cerita. Latar yang di buat benar-benar seperti berada pada
tahun 1965-1969, padahal film tersebut di buat pada tahun 2005. Properti yang
digunakan seperti mobil, pakaian dan peralatan lainnya pun sangat mendukung
latar waktu yang di inginkan.
Dalam
film ini pula dapat kita dengar dalam dialog para tokoh menggunakan kata ganti
orang lo dan gue. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahasa tersebut bukan
merupakan bahasa ‘gaul’ yang selama ini salah dicerna oleh masyarakat. Tetapi
bahasa tersebut termasuk tradisi bicara orang-orang Jakarta dari dulu karena di
adaptasi dari bahasa masyarakat asli Jakarta yaitu Betawi.
Film dibuka dengan adegan Gie remaja (Jonathan Mulia) yang
sedang duduk bersama teman-temannya melihat warga desa sedang menuliskan kata
REVOLUSI di dinding menggunakan cat berwarna hitam. Salah satu teman Gie
kemudian mendekati kumpulan warga itu dan tidak sengaja menjatuhkan ember
berisi cat hitam tersebut. Gie dan teman-temannya yang ketakutan segera berlari
dari kejaran warga desa. Adegan berlanjut saat Tan Tjin Han datang ke rumah Gie
pada malam hari. Dalam adegan tersebut sudah terlihat rasa kesetiakawanan yang
dimiliki Gie, ia bersih keras meminta Tan Tjin Han menginap dirumahnya karena
ia tahu jika Tan Tjin Han pulang ke rumahnya sendiri, ia akan dipukuli oleh
tantenya.
Selain itu, kita juga dapat
melihat kegigihan Soe Hok Gie dalam melawan ketidakadilan. Ia berani melawan
gurunya sendiri karena ia merasa gurunya itu melakukan kesalahan. Akibat dari
perlawanannya itu nilai ulangan Gie yang semula 8 dikurangi oleh gurunya
menjadi 5. Saat Tan Tjin Han bertanya. “Untuk apa semua perlawanan ini?” Hok
Gie hanya menjawab dengan santai bahwa dalam memperoleh kemerdekaan sejati ada
harga yang harus dibayar. Akting Jonathan Mulia pada scene ini sangat bagus, ia
mampu memerankan tokoh Hok Gie yang sedang diliputi kekesalan terhadap gurunya.
Banyak kelebihan yang dapat kita lihat dari
film “Gie” tetapi selain kelebihan, film ini pun memiliki kekurangan yang tidak
dapat dipungkiri. Film demokrasi tidak dapat menarik perhatian penonton sebesar
film romansa, termasuk film “Gie” sendiri yang kurang diminati oleh orang awam
terhadap demokrasi. Lagi pula alur cerita film ini terlalu “berat” untuk
orang-orang yang kurang mendalami tentang demokrasi Indonesia, maka film ini
akan terlihat membosankan dan tidak menarik. Berbeda jika penontonnya adalah
orang yang mendalami demokrasi Indonesia pasti akan sangat terhibur dengan
adanya film ini karena menceritakan kejadian demokrasi pada masa Soekarno
dengan baik dan rinci sehingga tampak “Berat” untuk orang awam.
Teknologi
yang belum begitu canggih pada tahun 2005 membuat film ini memiliki kekurangan
pada backsoundnya juga. Seperti
ketidakstabilan suara pada film tersebut, saat tokoh berbicara volume suaranya
tidak terlalu besar tetapi saat tiba-tiba berubah menjadi backsound volumenya menjadi besar, atau backsound yang terdengar tumpang tindih dengan dialog ataupun backsound yang lain.
Penambahan
adegan-adegan yang tidak diperlukan juga merupakan kekurangan dari film “Gie”.
Contohnya saja adegan Denny (Indra Birowo) yang ingin bercanda kepada Gie
(Nicholas Saputra) dengan membawa Gie ke sebuah ruangan dan memperkenalkannya
dengan seorang wanita penggoda (Happy Salma) dan wanita penggoda itu melakukan
hal yang kurang pantas ditonton. Selain penambahan adegan yang kurang berkenan,
bahasa yang di gunakan dalam film ini cukup kasar.
Dalam
film ini bukan hanya mengangkat tentang kehidupan demokrasi pada rezim
Soekarno, tetapi di warnai juga dengan kisah percintaan antara Gie, Ira dan
Sinta. Kisah cinta segitiga dengan akhir yang mengejutkan sekaligus tragis
membuat film ini lebih menarik dan penonton tidak merasa bosan dengan alur
cerita politik yang diangkat.
Film
ini juga memiliki unsur surprise pada
endingnya. Ending yang tidak terduga sama sekali ini membuat kesan akhir yang
kuat. Untuk orang-orang yang belum membaca buku Catatan Seorang Demonstran atau mendengar cerita tentang Soe Hok
Gie pasti akan terkejut. Soe Hok Gie seorang pecinta alam, ingin mendaki gunung
terakhir di Pulau Jawa yang belum ia kunjungi, yaitu gunung Semeru dan akhirnya
Gie meninggal disana bersama sahabatnya Herman karena menghirup asap beracun di
puncak gunung tersebut. Gie yang meninggal dalam usianya yang masih belia
dengan cara yang cukup tragis menyisakan kesan
menyedihkan terhadap perjuangan dan kisah cintanya.
Film
“Gie pada dasarnya mengajarkan kita khususnya para pemuda yang sekaligus
generasi penerus bangsa harus berjuang dalam ketidakadilan yang sedang melanda
Indonesia. Di zaman sekarang kami yakin masih banyak rakyat yang merasa tak
adil akan sikap dari pemimpin negara kita, oleh karena itu kita dapat mencontoh
sikap dari Soe Hok Gie agar tercipta kehidupan yang adil, nyaman, tenteram dan
sejahtera.
Dari paparan
di atas pula kita dapat menyimpulkan bahwa film “Gie” memiliki kekurangan dan
kelebihan. Film tersebut membuat kita mengetahui seperti apa jelasnya
pemerintahan Soekarno, seperti apa kerasnya perselisihan antara militer dan PKI
juga seberapa tangguhnya mahasiswa-mahasiswa yang berdemo meminta keadilan.
Film ini mengajarkan kita untuk berani menyuarakan keadilan dan semangat
pantang menyerah. Salah satu karya terbaik untuk mempelajari sejarah dari
negara tercinta kita, negara Indonesia.
seharusnya di cantumkan juga strukturnya juga biar lebih jelas. :) sekedar masukan. :D
BalasHapus